Belum usai abu vulkanik Gunung Sinabung bersih, kini Tuhan memberi ujian lagi buat bangsa ini. Kamis malam, 13 Februari 2014 Gunung Kelud meletus.
Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang, kira-kira 27 km sebelah timur pusat Kota Kediri.
Gunung berapi di Indonesia, termasuk Gunung Kelud, adalah rangkaian cincin api (ring of fire) di mana gunung - gunung berapi yang berada di dalamnya saling sambung menyambung sehingga, jika yang satu menjadi aktif, kemungkinan besar, yang lain juga akan ikut aktif juga.
Dikutip dari BBC Indonesia, Gunung Kelud juga pernah meletus beberapa kali;
Letusan 1919
Sedikitnya 5160 orang menjadi korban jiwa akibat letusan gunung Kelud pada tengah malam, 20 Mei 1919 yang disebut terbesar dalam abad 20. Letusan ini sangat keras sehingga dentumannya terdengar sampai Kalimantan.
Hujan batu cukup lebat dan sebgaian atap rumah hancur, dan hujan abu mencapai Bali. Kota Blitar dilaporkan mengalami kehancuran akibat letusan ini.
Ledakan 1951
Letusan terjadi pada pukul 06.15 pagi pada 31 Agustus 1951 yang menyebabkan tujuh orang tewas dan meulai 157 orang.
Setidaknya terdengar empat dentuman keras akibat letusan ini. Hujan batu yang sebagian sebesar buah mangga menerpa sebagian wilayah Margomulyo. Hujan abu terjadi selama sekitar satu jam dan mencapai kota Bandung, Jabar.
Ledakan 1966
Terjadi pada 26 April 1966 pukul 20.15 WIB, letusan ini diwarnai luapan lahar di sejumlah sungai di sekitarnya. Sedikitnya 210 orang tewas akibat letusan ini.
Ledakan 1990
Letusan terjadi secara beruntun pada 10 Februari 1990. Letusan yang terjadi belakangan lebih besar. Letusan utama disertai awan panas sejauh 5km dari kawah. Daerah yang rusak tidak terlalu luas, namun sebaran abu jauh lebih luas dan diperkirakan mencapai luasan 1700km persegi. Sekitar 500 rumah rusak akibat tertimpa hujan abu. Korban jiwa sekitar 32 orang.
Ledakan 2007
Kali ini letusan gunung Kelud tidak eksplosif seperti sebelumnya, melainkan kemunculan kubah lava yang besar di kawah Kelud. Kubah itu terus tumbuh sejak 5 November 2007 hingga berukuran selebar 100meter.
Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100 m.
Sungguh segala peristiwa yang terjadi merupakan pertanda bagi orang - orang yang berfikir hingga dia selalu memperbaharui keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan.
Islam menyebut bahwa gunung di muka bumi ini merupakan penjaga atau pasak bagi bumi agar tidak terguncang. “Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka…” (Al Qur’an, 21:31). Di ayat lain disebutkan :“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?” (Al Qur’an, 78:6-7)
Diceritakan oleh Abu Hurairah ra., bersabda Rasulullah SAW :
- Dimana sudah terjadi uang pajak negara merupakan harta yang berjatuhan berhamburan (barangkali maksudnya: siapa saja yang memungutnya, dialah yang memakannya).
- Dimana amanah sudah merupakan harta ghanimah (barangkali maksudnya, siapa saja yang menerima amanah untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, namun dia sendirilah yang memakannya).
- Dimana pembayaran zakat seperti yang harus dilakukan dengan sitaan (mungkin, karena sulitnya, para hartawan tidak mengerti kewajibannya) .
- Dimana orang sangat giat menuntut ilmu bukan untuk kepentingan agama
- Dimana suami sudah tunduk dikomando oleh istrinya
- Dimana sudah terjadi orang lebih dekat dan akrab dengan kawan-kawannya tetapi tidak terhadap ibunya dan bapaknya
- Dimana sudah terjadi tiada kekhidmatan di dalam mesjid
- Dimana sudah terjadi yang diangkat sebagai pemimpin kabilah (golongan/bangsa) , sesungguhnya adalah orang-orang fasik di golongan mereka (mungkin maksudnya, tidak loyal kepada golongan/masyarakat /bangsanya)
- Dimana sudah terjadi orang-orang yang diangkat menjadi pemimpin kaum (bangsa) yang imannya lemah
- Dimana sudah terjadi seseorang dihormat oleh orang banyak hanya karena takut akan kejahatannya
- Dimana sudah terjadi para ahli seni suara (biduan-biduanita), sangat ditonjolkan dan dimuliakan
- Dimana sudah terjadi bidang-bidang hiburan sangat diutamakan
- Dimana sudah terjadi minuman keras dilazimkan
- Dimana sudah terjadi segala kesalahan dan kegagalan dilemparkan dan ditimpakan kepada generasi yang mendahuluinya
Kalau semua itu sudah terjadi di muka bumi ini maka (HR. Tirmidzi – Dalam Kitab Duratun-Nashihin : 158):
- Akan datang kepadamu angin merah (mungkin taufan, kebakaran, penyakit, hama tanaman atau peperangan)
- Akan banyak gempa
- Akan terjadi banyak longsor
- Akan banyak hal-hal yang akan merubah roman muka manusia lebih buruk dari semula
- Akan banyak hujan batu (mungkin karena gunung meletus atau bom karena perang)
- Dan akan terus diikuti berturut-turut dengan hal-hal lainnya, bagaikan kalung mutiara yang putus talinya.
Mengaitkan Meletusnya Gunung Kelud dengan Ayat Al-Qur'an
Sebagian orang mengaitkan meletusnya Gunung Kelud, Kediri, Jawa Timur dengan nomor ayat-ayat tertentu yang sengaja dicocok-cocokkan. Mereka katakan bahwa meletusnya Gunung Kelud telah tertulis jelas di Al-Quran,yaitu:
Tanggal 13 Bulan 2 (Surat 13 ayat 2), “Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. ALLAH MENGATUR URUSAN (Makhluk-Nya), MENJELASKAN TANDA-TANDA (Kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.”-
Meletus Jam 22:49, 22:50 (Surat 22: 49-50), Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya Aku adalah seorang PEMBERI PERINGATAN YANG NYATA kepadamu.”Maka ORANG-ORANG YANG BERIMAN DAN BERAMAL SALEH, BAGI MEREKA AMPUNAN DAN REZKI YANG MULIA.-
Tahun 2014 (Surat 20:14): “Sesungguhnya Aku ini adalah ALLAH, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka SEMBAHLAH AKU dan DIRIKANLAH SHALAT untuk MENGINGAT AKU.”
Apakah boleh mengaitkan nomor ayat Al Qur’an dengan kejadian-kejadian semacam itu?
Tanggal 13 Bulan 2 (Surat 13 ayat 2), “Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. ALLAH MENGATUR URUSAN (Makhluk-Nya), MENJELASKAN TANDA-TANDA (Kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.”-
Meletus Jam 22:49, 22:50 (Surat 22: 49-50), Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya Aku adalah seorang PEMBERI PERINGATAN YANG NYATA kepadamu.”Maka ORANG-ORANG YANG BERIMAN DAN BERAMAL SALEH, BAGI MEREKA AMPUNAN DAN REZKI YANG MULIA.-
Tahun 2014 (Surat 20:14): “Sesungguhnya Aku ini adalah ALLAH, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka SEMBAHLAH AKU dan DIRIKANLAH SHALAT untuk MENGINGAT AKU.”
Apakah boleh mengaitkan nomor ayat Al Qur’an dengan kejadian-kejadian semacam itu?
Cara Menafsirkan yang Keliru
Kalau kita perhatikan, cara mengaitkan ayat dengan kejadian tertentu itu jelas keliru. Karena hal itu baru dikaitkan setelah peristiwa itu terjadi seperti Gunung Kelud meletus. Seandainya tidak terjadi, apa ia bisa menebak seperti itu? Tentu saja tidak.
Lalu kenapa hanya dikaitkan dengan meletusnya Gunung Kelud, bagaimana dengan Gunung Merapi yang dahulu meletus dan bagaimana lagi dengan Gunung Sinabung? Apa ketika gunung tersebut meletus baru dikait-kaitkan?
Kemudian kalau dalam ayat disebutkan suatu siksaan atau azab, maka tidak bisa kita katakan berlaku untuk kejadian-kejadian saat ini.
Cara menafsirkan seperti di atas jelas adalah cara yang keliru yang tidak pernah dicontohkan oleh salafush sholeh.
Yang perlu dipahami terlebih dahulu, ayat Al Qur’an diturunkan untuk ditadabburi, direnungkan dan dipahami maknanya. Ayat Al Qur’an bukanlah turun untuk mengaitkannya dengan kejadian-kejadian atau peristiwa saat ini. Allah Ta’ala berfirman,
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” (QS. Shod: 29)
Namanya tadabbur Al Qur’an itu sebagaimana disebutkan oleh Al Hasan Al Bashri rahimahullah -seorang tabi’in-,
والله ما تَدَبُّره بحفظ حروفه وإضاعة حدوده، حتى إن أحدهم ليقول: قرأت القرآن كله ما يرى له القرآنُ في خلق ولا عمل
“Demi Allah, Al Qur’an bukanlah ditadabburi dengan sekedar menghafal huruf-hurufnya, namun lalai dari memperhatikan hukum-hukumnya (maksudnya: mentadabburinya). Hingga nanti ada yang mengatakan, “Aku sudah membaca Al Qur’an seluruhnya.” Namun ternyata Al Qur’an tidak diwujudkan dalam akhlak dan juga amalannya.” Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim. (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 419).
Begitu pula cara menafsirkan Al Qur’an seperti mengaitkan nomor ayat dengan kejadian seperti itu, hanyalah menafsirkannya dengan logika dan ini tercela.
Ibnu Katsir mengatakan, “Menafsirkan Al Qur’an dengan logika semata, hukumnya haram.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 1: 11).
Dalam hadits disebutkan,
وَمَنْ قَالَ فِى الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa berkata tentang Al Qur’an dengan logikanya (semata), maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka” (HR. Tirmidzi no. 2951. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini dho’if).
Lihat saja seorang sahabat yang mulia -seperti Umar bin Khottob dan Anas bin Malik- begitu hati-hati dalam menafsirkan ayat. Mereka begitu khawatir jika salah karena dapat jauh dari apa yang dikehendaki Allah Ta’ala tentang maksud ayat itu. Beda dengan orang saat ini yang menafsirkan seenaknya perutnya tanpa memakai tuntunan, hanya semata-mata memakai logika dengan mengaitkan nomor ayat dengan peristiwa gempa dan meletusnya gunung. Semoga kita dijauhkan dari cara menafsirkan yang keliru seperti ini.
Cara Menafsirkan Al Qur’an yang Benar
Ibnu Katsir menunjukkan bagaimana cara terbaik menafsirkan Al Qur’an sebagai berikut:
- Menafsirkan Al Qur’an dengan Al Qur’an. Jika ada ayat yang mujmal (global), maka bisa ditemukan tafsirannya dalam ayat lainnya.
- Jika tidak didapati, maka Al Qur’an ditafsirkan dengan sunnah atau hadits.
- Jika tidak didapati, maka Al Qur’an ditafsirkan dengan perkataan sahabat karena mereka lebih tahu maksud ayat, lebih-lebih ulama sahabat dan para senior dari sahabat Nabi seperti khulafaur rosyidin yang empat, juga termasuk Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Umar.
- Jika tidak didapati, barulah beralih pada perkataan tabi’in seperti Mujahid bin Jabr, Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah (bekas budak Ibnu ‘Abbas), ‘Atho’ bin Abi Robbah, Al Hasan Al Bashri, Masruq bin Al Ajda’, Sa’id bin Al Musayyib, Abul ‘Aliyah, Ar Robi’ bin Anas, Qotadah, dan Adh Dhohak bin Muzahim. (LihatTafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir, 1: 5-16
Insyaallah kita terhindar dari kekeliruan dalam memahami Al-Qur'an
Tidak ada komentar:
Posting Komentar